Verkoper van etenswaren op Java, circa 1930
Sudah lama rasanya tidak mendengar kata pikul. Padahal, sebelum mengadopsi sistem metrik, negara-negara di Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, Brunei, serta negeri kita sendiri, mereka menggunakan kata pikul untuk penetapan beban berat yang masih mampu dibawa. Pada umumnya beban satu pikul ialah beban terberat di mana seorang manusia sanggup membawanya dengan cara memikul.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan, pikul memiliki arti sebagai berikut; beban yg digandar (dibawa dng pikulan yg ditaruh di atas bahu). Sedangkan berpikul-pikul memiliki arti; /ber·pi·kul-pi·kul/ num beberapa pikul.
Kata sepikul sendiri berkebalikan dengan berpikul-pikul, yaitu satu pikul atau satu beban dengan berat sesuai kemampuan wadah dan sesuai kemampuan orang yang memikulnya.
Jika merujuk pada wikipedia, sepikul adalah suatu beban terberat yang bisa dibawa oleh manusia dengan cara memikul, yakni menggendongnya dengan bahu menggunakan pikulan atau tongkat pikul, sesuai dengan makna katanya secara harfiah pikul yakni menggendong beban di atas bahu.
Di Indonesia, kita pernah sangat akrab dengan kata pikul. Namun seiring pengetahuan manusia pada satuan berat modern seperti kilogram, liter, dan lain-lain, maka satuan berat tradisional yang bernama pikul tak lagi sering digunakan. Terlebih karena ada pendapat umum yang menyatakan bahwa ukuran berat pikul tidaklah tetap. Jika tetap menggunakan kata pikul, ditakutkan akan menimbulkan berbagai permasalahan tentang penetapan berapa beban berat dalam satu pikul.
Di masa Hindia-Belanda sampai akhir tahun 1831, sepikul diakui sebagai berat beban sebesar 60 kg. Kata pikul sendiri diperkirakan mulai dipakai di pulau Jawa sekitar pertengahan abad ke-9, jauh sebelum bangsa Belanda datang di negeri ini.
Kini, orang-orang yang masih melestarikan satuan pikul di Indonesia hanya segelintir saja, seperti para buruh, petani, pedagang tape, dan sedikit lagi. Bisa dikatakan, hingga saat ini satuan pikul masih dipakai di Indonesia secara informal saja. Semoga kata sepikul untuk menamai blog ini secara tidak langsung juga turut melestarikan kata pikul itu sendiri.
0 reacties:
Een reactie posten